Sumatra – Bencana banjir bandang dan tanah longsor besar yang melanda sebagian besar wilayah Sumatra sejak akhir November 2025 terus menimbulkan duka mendalam. Tiga provinsi utama yang paling parah terdampak adalah Aceh, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar), dengan total lebih dari 50 kabupaten/kota dilaporkan mengalami kerusakan masif.
Data Korban dan Kerusakan Terbaru
Data terbaru yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Senin, 8 Desember 2025, menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah korban:
- Korban Meninggal: 921 jiwa
- Korban Hilang: 392 jiwa
- Korban Luka-Luka: Mencapai lebih dari 5.000 orang.
- Jumlah Pengungsi: Diperkirakan mencapai ratusan ribu orang.
Kerusakan infrastruktur juga sangat parah, dengan lebih dari 157.000 unit rumah dilaporkan rusak akibat banjir, longsor, dan banjir bandang. Fasilitas publik seperti sekolah (534 unit), rumah ibadah (425 unit), dan jembatan (497 unit) juga hancur, memutus akses di banyak daerah terisolasi. Kabupaten Agam (Sumbar), Tapanuli Tengah (Sumut), dan Aceh Utara (Aceh) tercatat sebagai wilayah dengan angka korban jiwa tertinggi.

source:https://nasional.kompas.com/read/2025/12/08/05434991/banjir-sumatera-pesan-penting-di-balik-menyerahnya-empat-bupati-aceh?page=all8
Penyebab Bencana: Kombinasi Faktor Alam dan Kerusakan Lingkungan
Para pakar sepakat bahwa skala bencana ini disebabkan oleh interaksi dua faktor utama:
- Faktor Alam: Curah hujan ekstrem yang dipicu oleh dinamika atmosfer aktif, termasuk berkembangnya sistem siklon tropis di sekitar Selat Malaka.
- Faktor Lingkungan: Kerusakan ekosistem hutan dan degradasi Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah hulu. Deforestasi yang masif menyebabkan tanah kehilangan daya serap air, sehingga volume air hujan mengalir langsung ke hilir, memicu banjir bandang yang merusak.
Tantangan Penanganan Darurat
Saat ini, fokus utama adalah pencarian korban hilang, evakuasi, dan percepatan penyaluran bantuan logistik. Namun, upaya ini menghadapi kendala besar:
- Akses Terputus: Banyak wilayah terisolasi akibat jalan dan jembatan yang hancur, mempersulit tim SAR dan distribusi bantuan.
- Kebutuhan Mendesak: Para pengungsi sangat membutuhkan makanan siap saji, air bersih, obat-obatan, dan peralatan sanitasi.
- Jaringan Komunikasi: Di beberapa daerah terpencil, jaringan komunikasi masih terganggu, menghambat koordinasi penanganan.
Pemerintah pusat dan daerah, dibantu TNI, Polri, dan berbagai lembaga kemanusiaan, terus berupaya maksimal mengerahkan alat berat dan personel untuk membuka akses dan menormalisasi aliran sungai yang mengalami pendangkalan masif akibat material longsor. Kerugian ekonomi akibat bencana ini diperkirakan mencapai puluhan triliun rupiah.